Back
Surabaya, 5 Oktober 2024 – Rangkaian kegiatan Literasi untuk Semua dari Semesta Rumah Kita Kumpul Dongeng yang didukung oleh Campina berkolaborasi bersama Komunitas Bisindo, Aksesibilitas Surabaya dan Cerita Teman Tuli.
Setiap tanggal 23 September diperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional. Hari ini penting untuk mengingatkan kita bahwa orang tuli juga punya hak dalam menggunakan Bahasa mereka sendiri dan mendapatkan perlakuan yang sama. Namun, sampai sekarang, banyak orang tuli, terutama perempuan, masih sering kesulitan karena Bahasa isyarat belum diakui sepenuhnya.
PT. Campina Ice Cream Industry, Tbk kembali mendukung inklusivitas dan kesetaraan bagi semua. Diawali dengan meriahnya Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII), acara ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap hak-hak teman tuli. Dengan tema global “Tunjukan Isyaratmu, Dukung Hak Bahasa Isyarat untuk Teman Tuli”, kami berkomitmen untuk menciptakan dunia yang inklusif dan ramah bagi semua.
Berlangsung di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Provinsi Jawa Timur. Festival HBII menghadirkan talkshow tiga narasumber inspiratif dibidangnya: ibu Yuyun, Ketua DPD Gerakin Jawa Timur; Viona Amelia, Ketua Komunitas Tuli Universitas Negeri Surabaya; dan Yayuk Prayugi, seorang ibu dari anak tuli, berbagi padangan mereka tentang pentingnya Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
Ibu Yuyun, yang akrab disapa Maskurun mengungkapkan bahwa, meskipun pemerintah telah memberikan perhatian pada bahasa isyarat, kesadaran masyarakat, terutama orang tua, untuk mempelajari BISINDO masih perlu ditingkatkan. "Saya berharap ke depannya, semakin banyak orang yang mau belajar BISINDO dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi teman-teman tuli," tambahnya.
Amel, sapaan akrab Viona Amelia, berbagi kisah tentang perjuangannya dalam mengakses pendidikan tinggi dan pentingnya BISINDO dalam meningkatkan kualitas hidup penyandang tunarungu.
Acara semakin memukau dengan tari Saman yang dibawakan oleh tiga penari tuli dari Fira Modelling Disabilitas. Meski tunarungu, para penari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk tampil sempurna.
“Karena semua anak mempunyai hak untuk berkarya dan mengeluarkan potensinya,” ujar Febri Tri Handayani, ketua pelaksana.
Menurutnya, festival ini juga jadi upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Bahasa isyarat sebagai instrumen pengembangan sumber daya penyandang tunarungu.
“Kami ingin memberikan kesempatan bagi seluruh anak Indonesia untuk berkarya, termasuk anak-anak tuli,” tambah Febri. Acara ini menjadi momentum penting terutama di Jawa Timur, penerapan Bisindo belum sepenuhnya merata di lingkungan pendidikan dan sosial.
Dengan mengadirkan dongeng ‘Timun Mas dan Buto Ijo’ dibawakan dengan Bahasa Isyarat Indonesia, acara ini semakin inklusif dan memberikan kesempatan bagi semua anak, termasuk anak tuli, untuk menikmati cerita yang sama. Selain itu, pertunjukan ini juga menjadi butki bahwa Bahasa isyarat mempunyai bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia..
Selain Festival HBII, rangkaian kegiatan ini juga menyasar orang tua dan relawan. Melalui lokakarya mendongeng dan BISINDO dasar pada 13 Oktober mendatang. “Kami ingin membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak tuli.” Seperti yang ditekankan oleh Inge Ariani Safitri, Ketua Yayasan Semesta Rumah Kita, Bahasa adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan bagi semua. Dengan bekerjasama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Acara dongeng interaktif “Tebar Cerita Perlindungan Diri” menjadi bagian seru dari rangkaian kegiatan Literasi Untuk Semua. Dongeng ini mengajarkan anak-anak, baik yang bisa mendengar maupun tuli, tentang cara melindungi diri dengan cara yang menyenangkan.
“Kegiatan ini penting untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan kesadaran akan hak-hak teman-teman tuli, terutama hak untuk menggunakan Bahasa isyarat.” ungkap,Ibu Inge dari Yayasan Semesta Ruang kita.
Ibu Ika Irawan dari Ketua Tim Bisindo & Aksesibilitas Surabaya setuju, “acara ini sejalan dengan tema Hari Bahasa Isyarat Internasional. Kita semua harus mendukung hak teman-teman tuli untuk menggunakan Bahasa isyarat.
Seluruh rangkaian kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk kehadiran es krim Campina. “Senyum sumringah terpancar dari wajah para peserta saat menikmati es krim Campina yang nikmat. Sungguh momen yang mengharukan melihat antusiasme mereka. Terima kasih kepada Campina yang telah mendukung acara ini dan memberikan kebahagiaan bagi semua.” tutup Bunda Inge.
Melalui kolaborasi berbagai komunitas dan lembaga, diharapkan kegiatan ini mendorong terbentuknya lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung literasi bagi teman tuli serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan dan aksesibilitas bagi semua. Mari kita bersama-sama menciptakan dunia yang lebih inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.
Campina Memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional Dengan Dukungan Inklusif Untuk Teman Tuli dan Anak Tuli di Jawa Timur
October 10, 2024
Setiap tanggal 23 September diperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional. Hari ini penting untuk mengingatkan kita bahwa orang tuli juga punya hak dalam menggunakan Bahasa mereka sendiri dan mendapatkan perlakuan yang sama. Namun, sampai sekarang, banyak orang tuli, terutama perempuan, masih sering kesulitan karena Bahasa isyarat belum diakui sepenuhnya.
PT. Campina Ice Cream Industry, Tbk kembali mendukung inklusivitas dan kesetaraan bagi semua. Diawali dengan meriahnya Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII), acara ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap hak-hak teman tuli. Dengan tema global “Tunjukan Isyaratmu, Dukung Hak Bahasa Isyarat untuk Teman Tuli”, kami berkomitmen untuk menciptakan dunia yang inklusif dan ramah bagi semua.
Berlangsung di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Provinsi Jawa Timur. Festival HBII menghadirkan talkshow tiga narasumber inspiratif dibidangnya: ibu Yuyun, Ketua DPD Gerakin Jawa Timur; Viona Amelia, Ketua Komunitas Tuli Universitas Negeri Surabaya; dan Yayuk Prayugi, seorang ibu dari anak tuli, berbagi padangan mereka tentang pentingnya Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
Ibu Yuyun, yang akrab disapa Maskurun mengungkapkan bahwa, meskipun pemerintah telah memberikan perhatian pada bahasa isyarat, kesadaran masyarakat, terutama orang tua, untuk mempelajari BISINDO masih perlu ditingkatkan. "Saya berharap ke depannya, semakin banyak orang yang mau belajar BISINDO dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi teman-teman tuli," tambahnya.
Amel, sapaan akrab Viona Amelia, berbagi kisah tentang perjuangannya dalam mengakses pendidikan tinggi dan pentingnya BISINDO dalam meningkatkan kualitas hidup penyandang tunarungu.
Acara semakin memukau dengan tari Saman yang dibawakan oleh tiga penari tuli dari Fira Modelling Disabilitas. Meski tunarungu, para penari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk tampil sempurna.
Penampilan Tari Saman dari Fira Modelling Disabilitas dalam acara Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, 5 Oktober.
“Karena semua anak mempunyai hak untuk berkarya dan mengeluarkan potensinya,” ujar Febri Tri Handayani, ketua pelaksana.
Menurutnya, festival ini juga jadi upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Bahasa isyarat sebagai instrumen pengembangan sumber daya penyandang tunarungu.
“Kami ingin memberikan kesempatan bagi seluruh anak Indonesia untuk berkarya, termasuk anak-anak tuli,” tambah Febri. Acara ini menjadi momentum penting terutama di Jawa Timur, penerapan Bisindo belum sepenuhnya merata di lingkungan pendidikan dan sosial.
Penampilan Dongeng Kisah Timun Mas menggunakan BISINDO: Kiri-Kanan: Keisya (Narator); Zidan (Buto Ijo); Nazwa (Timun Mas); Abidah (Mbok Randa).
Dengan mengadirkan dongeng ‘Timun Mas dan Buto Ijo’ dibawakan dengan Bahasa Isyarat Indonesia, acara ini semakin inklusif dan memberikan kesempatan bagi semua anak, termasuk anak tuli, untuk menikmati cerita yang sama. Selain itu, pertunjukan ini juga menjadi butki bahwa Bahasa isyarat mempunyai bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia..
Selain Festival HBII, rangkaian kegiatan ini juga menyasar orang tua dan relawan. Melalui lokakarya mendongeng dan BISINDO dasar pada 13 Oktober mendatang. “Kami ingin membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak tuli.” Seperti yang ditekankan oleh Inge Ariani Safitri, Ketua Yayasan Semesta Rumah Kita, Bahasa adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan bagi semua. Dengan bekerjasama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Foto bersama semua peserta dan perwakilan Konsulat Jendral Australia di Ballai Bahasa Provinsi Jawa TImur.
Acara dongeng interaktif “Tebar Cerita Perlindungan Diri” menjadi bagian seru dari rangkaian kegiatan Literasi Untuk Semua. Dongeng ini mengajarkan anak-anak, baik yang bisa mendengar maupun tuli, tentang cara melindungi diri dengan cara yang menyenangkan.
“Kegiatan ini penting untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan kesadaran akan hak-hak teman-teman tuli, terutama hak untuk menggunakan Bahasa isyarat.” ungkap,Ibu Inge dari Yayasan Semesta Ruang kita.
Ibu Ika Irawan dari Ketua Tim Bisindo & Aksesibilitas Surabaya setuju, “acara ini sejalan dengan tema Hari Bahasa Isyarat Internasional. Kita semua harus mendukung hak teman-teman tuli untuk menggunakan Bahasa isyarat.
Seluruh rangkaian kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk kehadiran es krim Campina. “Senyum sumringah terpancar dari wajah para peserta saat menikmati es krim Campina yang nikmat. Sungguh momen yang mengharukan melihat antusiasme mereka. Terima kasih kepada Campina yang telah mendukung acara ini dan memberikan kebahagiaan bagi semua.” tutup Bunda Inge.
Melalui kolaborasi berbagai komunitas dan lembaga, diharapkan kegiatan ini mendorong terbentuknya lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung literasi bagi teman tuli serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan dan aksesibilitas bagi semua. Mari kita bersama-sama menciptakan dunia yang lebih inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.